Jauhkan Kehancuran dari Persahabatan
Oleh: Iqra Syahri Ramadhani
Ada banyak orang yang aku temui saat menjalankan peranku sebagai makhluk sosial. Dari sekian banyak orang tersebut aku memilih beberapa orang untuk menjalin sebuah relasi pertemanan. Tentunya dalam sampel itu, aku temui berbagai macam kekhasan perilaku, kebiasaan, tingkah laku dan tabiat per individual. Kemudian dalam melakukan berbagai interaksi dan hubungan sosial lainnya aku mulai menyadari ada seseorang yang berkriteria sekali dengan sosok yang sering diumpamakan oleh para penyair dengan sebutan ‘malaikat tanpa sayap’. Pilihan kedua ini mencakup ruang lingkup yang lebih kecil. Dia adalah orang-orang yang terseleksi oleh perasaan. Dia adalah orang yang mampu dan aku ingini berada dalam situasi yang semestinya. Dalam jangka waktu yang sudah tertulis di perjalanan kami, aku dan dia pun saling menyadari bahwa keberadaan kami satu sama lain saling melengkapi. Hingga terikrarkan sebuah janji, terliputi senyum suka dan duka bersama, jari kelingking satu sama lain ikut serta berpelukan, sepakat mengucapkannya dalam hitungan detik yang sama, “Best Friend Forever”.
Indahnya sebuah persahabatan. Saat semua dimulai, kita diperkenalkan dengan dunia baru. Asyiknya melakukan sebuah kebiasaan yang sama, serunya berseteru saat dia berpendapat sesuatu hal yang bertentangan dengan opini kita, bahagianya mendengar kicauannya yang menghibur saat kita putus cinta. Saat semuanya terlewati terasa waktu cepat berlalu. Kadang banyak hal yang kita sesali dalam sebuah persahabatan. Apa yang kita alami demi sahabat terkadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.
Persahabatan tidaklah terjalin secara otomatis, namun membutuhkan proses yang panjang. Memang tak jarang persahabatan menyuguhkan berbagai cobaan tetapi persahabatan yang sejati pasti bisa mengatasi berbagai cobaan itu, bahkan akan bertumbuh bersama karenanya. Persahabatan berawal dari pertemanan dimana proses seorang teman menjadi seorang sahabat tidaklah mudah, melainkan membutuhkan bantuan dari kesetiaan. Bukanlah keadaan yang menuntut semua itu terjalin, seperti disaat kita membutuhkan bantuan barulah kita termotivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataan kasih dari orang lain, tetapi justru dimulai dari sebuah inisiatif untuk mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh seorang sahabat dan kemudian saling melengkapi. Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun sayangnya tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak hal yang bisa menjadi penghancur dalam persahabatan, contohnya seperti masalah ekonomi, ketidakterbukaan, kehilangan kepercayaan, ketidaksetiaan, dan lain-lain. Tetapi apapun penghancur persahabatan itu, pasti bisa dipatahkan oleh orang-orang yang teruji kesejatiannya.
Memang, masa depan adalah sebuah rahasia. Disaat manisnya persahabatan sedang terjalin, bahkan mungkin sedang berada dipuncak rasa keistimewaannya, takdir menawarkan sebuah kehancuran. Terjadi perselisihan dimana sebelumnya kita sudah mengumpulkan kesabaran ekstra dalam menghadapinya, namun nyatanya tak dapat dipertahankan. Jurang kehancuran sudah didepan mata. Sejauh mana kita dan sahabat mampu menghadapinya? Akankah disaat melewati ambang itu kita dan sahabat masih bergandeng erat? Atau justru terlepas dan kembali ke kehidupan masing-masing tanpa membawa warna persahabatan itu lagi?
Hampir masalah ini melanda kisah persahabatan banyak orang. Memang menganggap seseorang sebagai sahabat kita merupakan hal yang mudah, tetapi membuktikan loyalitas seorang sahabat tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Karena kita bukanlah Sang Maha Mengetahui yang bisa tau tabiat seseorang sesungguhnya, sekalipun pad awalnya kita mengenalnya bak malaikat. Disaat gentingnya persahabatan, adalah sulit adanya untuk memperbaiki. Sekalipun pada akhirnya kita dan dia memutuskan untuk mencoba kembali membangun persahabatan yang sebelumnya retak, semua tidak akan semanis hari-hari dahulu, yaitu disaat belum ada pihak yang merasa tersakiti. Bayangan akan kesalahannya dahulu, atau kekhawatiran semua itu akan terjadi kembali dapat hadir kapan saja dimana saja. Untuk itu adalah baik jika semua kita hindari sejak persahabatan mulai terjalin.
Sekalipun kita sudah mulai mencintainya sebagai seorang sahabat kita juga mesti melakukan hal yang mampu menutup semua kemungkinan terjadinya kehancuran dalam persahabatan. Didalam suatu persahabatan, pasti ada rasa kecemburuan, sedikit kedengkian, dan segala perselisihan kecil yang merupakan bibit dari kehancuran itu sendiri. Maka jagalah kesetiaan dengan tidak memberikan ruang semua itu mencabik hubungan persahabatan. Tak perlu janji dalam persahabatan, tetapi perbuatan secara nyata dan apa adanya yang dibutuhkan. Karena kapan saja, keraguan itu bisa datang. Yang justru kedepannya hanyalah mengundang pandangan kemunafikan.
Amatlah mudah mengucapkan kata-kata indah yang menggema untuk seorang sahabat, dan lihatlah betapa cepat kata-kata itu menguap di udara seiring pergantian hari. Ya, hal itu bisa saja terjadi seperti yang sudah tertulis sebelumnya: kita bukan Sang Maha Mengetahui yang tahu benar segala tentang manusia, sekalipun ia seorang yang kita yakini sebagai sahabat. Kita pun tak pernah tahu masa depan. Apa yang menanti persahabatan kita didepan sana? Akan lebih baik kita saling melindungi dengan kepercayaan, daripada berkali-kali perdengarkan kata-kata indah.
Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan yang telah kita perbuat demi menjaga keutuhan persahabatan itu sendiri, justru karena kasihnya dia memberanikan diri menegur kita apa adanya. Untuk itu lakukanlah hal yang sama. Sejak persahabatan dimulai, sejak itu pula kita dan sahabat bisa saling mengerti akan kekurangan masing-masing. Kemudian bersama-sama intropeksi, menuju ke yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga persahabatan kita bukanlah persahabatan biasa, tetapi berdasarkan hakikatnya, kita bersama-sama saling melengkapi dan menerima segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari awal kita sudah harus menyadari kodrat kita sebagai seorang manusia yaitu makhluk yang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan. Sehingga, jadikan kelebihan seorang sahabat sebagai motivator kita untuk mencapai sesuatu. Jangan justru menjadi bahan iri kita, karena kita juga sudah mempunyai jatah lain yang dia dan orang lain juga belum tentu punya. Mulailah dengan mensyukuri apa yang ada pada diri kita terlebih dahulu, dengan begitu kita juga akan bangga kepada nilai plus sahabat kita. Begitu pula segala kekurangannya. Mengertilah, kita juga mempunyai kekurangan. Sehingga kunci persahabatan itu sendiri ialah pengertian yang kuat. Itulah alasan utama kenapa kita dan sahabat harus bersatu.
Bagian yang juga harus dipenuhi untuk menjaga keutuhan sebuah persahabatan adalah kesabaran. Hadapi tiap masalah demi masalah dengan sabar diiringi dengan selalu meminta petunjuk kepada Sang Pencipta, karena semua hanya akan terjadi dengan kehendakNya. Selalu pandang segala hal dengan positif dan jaga sikap emosional kita. Maafkan khilafnya, dan sadari pula letak kesalahan yang pastikan kita juga punya. Semakin persahabatan kita menjunjung tinggi loyalitas dengan tujuan yang teguh, pastikan tidak akan ada yang mampu memisahkan kita terkecuali garis kehidupan yang lain.
Dia sahabatmu, Hargai dan peliharalah. Ukir dia dihati kecilmu dan jangan biarkan ada celah untuk tinta-tinta hitam yang ingin mencoretnya. Ingat dia selalu, di masa kejayaan ataupun kesengsaraanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar